Sudah banyak hal yang diupayakan oleh sahabat - sahabat PLN di penjuru Indonesia ini, tujuannya hanya 1, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Salah satunya adalah rekan Pulung Jatmiko, seorang Manajer Rayon PLN di Area Mojokerto, PLN Distribusi Jawa Timur. Ya, beliau adalah komandan dalam sebuah perang yang warga PLN sebut sebagai "Perang Padam". Perang yang dikobarkan oleh Direksi PLN untuk mengatasi keterpurukan PLN, mengatasi buruknya produk yang diterima oleh pelanggan/masyarakat. Perang ini adalah, perang hidup mati PLN dalam menjawab tantangan pelayanan, pertumbuhan ekonomi dan menjadi perusahaan kelas dunia. Apa upayanya? silahkan disimak.
Ini
adalah kisah pada 2012, ketika saya menjadi Manajer Rayon Sukorejo. Sejak
program Perang Padam Jawa Bali (PPJB) digulirkan, sepertinya sudah menjadi
kewajiban Manajer Rayon untuk selalu membawa radio komunikasi (HT)-nya
kemanapun. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk memudahkan mengambil langkah
cepat begitu mendengar ada laporan gangguan. Kapanpun, jam berapapun.
Rayon
Sukorejo berada di ujung selatan Kabupaten Pasuruan dengan pelanggan industri
sebanyak 166. Jumlah itu memberi sumbangan 73 persen dari total pendapatan Rp
16 miliar. Merupakan porsi yang besar maka kami betul-betul harus menjaga
kepuasan pelanggan itu.
Pada
Oktober dan November 2011 saya melaksanakan inspeksi jaringan mulai dari
wilayah pelanggan industri sampai kondisi pohon. Melakukan sejumlah pembicaraan
dengan pengguna listrik, intinya satu, ”Layanan sudah bagus pak, tapi jangan
suka padam.”
Sepanjang
2011 tercatat ada 49 gangguan dengan berbagai cerita suka dan duka dalam
penanganannya. Yang belum dilakukan di tahun tersebut adalah ketiadaan Root
Cause Problem Solving (RCPS) atau pemetaan masalah, perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi. Tentu ini tak boleh dibiarkan. Pada 2012 harus sudah
ada.
Kepada
Pak Sugianto, Supervisor Pelayanan Teknik Rayon Sidoarjo, saya mengutarakan
bahwa Rayon ini perlu mulai membuat RCPS. Pemetaan itu akan menjadi kunci utama
penyelesaian sebuah gangguan. Tanpa RCPS tak akan bisa diketahui apa yang
menjadi penyebab masalah. Maka gangguan yang sama kerap terjadi sampai berulang
kali.
Pemetaan
itu saya mulai dengan menginventaris penyebab gangguan pada semua penyulang.
Contohnya, penyulang Glagahsari yang sering mengalami trip karena CV
Pantras dengan Konstruksi Pole Mounted Circuit Breaker (PMCB) itu sangat
lembab dan sering menjadi rumah burung.
Penyulang
Tutur adalah penyulang terpanjang di Sukorejo kala itu dengan panjang 103 kilometer
sirkit (kms), memiliki potensi gangguan. Banyak penduduk setempat yang
memotong pohon tanpa memedulikan kondisi jaringan PLN. Penyulang Purwodadi
penyebab utamanya berada di Desa Ngembal. Pohon sengon dan jati yang sulit
dipotong karena warga tak memberikan izin. Lalu Penyulang Lemahbang yang sering
terjadi gangguan pada musim penghujan yang disertai dengan petir.
Pemetaan
masalah sudah berjalan. Kini diperlulan perencanaan langkah yang tepat dan
tindaklanjut yang konsisten. Rencana memang indah. Tapi dalam pelaksaan tidak
semua yang dilakukan sesuai jadwal. Masih terjadi gangguan dengan penyebab yang
sama, ini yang bikin gemas, yang sudah ditemukan dan tercatat dalam buku
data inspeksi.
Evaluasi
lagi saya lakukan. Hasilnya saya memutuskan wajib melaksanakan perubahan SDM
pelayanan teknik (Yantek), perbaikan administrasi teknik, dan perbaikan
administrasi gudang Rayon. SDM Yantek adalah kunci utama. Saya yakin apabila
SDM yang dimiliki berkualitas maka pekerjaan akan berjalan dengan baik, benar,
dan sinergi. Bahkan dapat menciptakan output yang luar biasa. Perubahan
itu harus diimbangi dengan contoh dan langkah nyata terutama dari pegawai PLN
termasuk saya.
Satu
kesempatan saya pernah meminta Munir, pegawai PLN, mengawal regu rabas.
Hasilnya luar biasa. Mereka bisa pulang cepat dengan hasil kerja memuaskan.
”Kita bisa cepat karena kalau ditemani pegawai PLN itu kerjanya jadi semangat,”
begitu kata Pak Wiryono, anggota senior tim rabas.
Wah,
bagaimana ini. Punya pemikiran semacam itu tentu tak dibolehkan. Sebagai
profesional, setiap orang mempunyai tanggung jawab pekerjaan. Dan semangat
bekerja bukan karena didampingi atau dikawal, tetapi kembali pada diri sendiri.
Mulai
saat itu saya kemudian mengambil langkah ”Kumpul Rabas Bendino.” Kegiatan itu
berlangsung setap hari kerja mulai pukul 15.30 WIB sampai tak terhingga. Adanya
aktivitas ini membuat tim rabas mau tak mau harus mampu menyelesaikan tugas
harian sebelum pukul 15.30 WIB. Berjalan waktu terlihat jika kerja tim rabas
mengalami peningkatan. Satu perubahan telah berhasil dilakukan.
Cerita
lain muncul dari regu rabas. Ada satu pohon sengon yang masuk Cut Ou (CO).
Branch Surja tak boleh dipotong. Malah di pohon milik Pak Kayun itu
ditempel kayu pengumuman ukuran kecil. Tulisannya, dilarang dipotong. Padahal
pohon tersebut menjadi potensi besar penyebab penyulang Purwodadi terganggu.
Sampai panglima PPJB Disjatim pernah mengirimi saya SMS dengan pesan pendek,
”Ada apa Purwodadi.”
Saya
kemudian turun lapangan, menemui kepala desa Ngembal yang bernama Pak Suud.
Saya minta ditemani menemui Pak Kaun. Oleh pak Suud tugas itu kemudian dialihkan
kepada bawahannya, Pak Bayan. Dari hasil komunikasi, intinya Pak Kayun tetap
kekeuh merawat pohon itu. Kalau memaksa memotong dia akan mengizinkan dengan
ganti rugi sebesar Rp 35 juta. Waduhh...
Tak
mau gampang menyerah saya terus melakukan pendekatan persuasif. Dari pukul
10.00 WIB sampai 15.30 WIB saya diam di rumah Pak Kayun. Sebuah perjuangan yang
tidak sia-sia. Pak Kayun akhirnya mengizinkan. Kuncinya adalah jalani segala
sesuatu sesuai prosedur dan utamakan komunikasi. Semua pasti bisa.
Perubahan
Administrasi Teknik
Satu
ketika petugas inspeksi bertanya kepada saya. ”Pak penyebab trip
sebenarnya sudah ada di hasil inspeksi saya. Kenapa tidak ditindak lanjuti,”
tanyanya.
Sedih
sekali mendengar laporan petugas itu. Bukankah sudah dibuat standar mengatasi
gangguan, yaitu perencanaan inspeksi dan
pemeliharaan. Itu artinya hasil inspeksi langsung
ditindaklanjuti
bersama Perintah Kerja (PK) yang sekarang sudah diakomodir oleh Sistem
Pelayanan Teknik Terpadu (SPT2). Buat apa dia bertanya seperti itu jika
harusnya sudah tahu, penemuan hasil inspeksi harus langsung dilakukan
penanganan. Perubahan Administrasi Gudang 5S (Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu, Shitsuke) wajib dijalankan sesuai semangat PLN Disjatim.
Bagaimana dengan Gudang Sukerejo? Saya pernah bertanya kepada pengelola gudang
mengenai persediaan Miniature Circuit Breaker (MCB) 20 Amp. Tak bisa
langsung menjawab, pengelola gudang itu mengatakan harus menghitung dulu.
What??!!
Kenapa stok barang di gudang tak diinventariskan langsung di kartu gantung,
kartu yang mencatat barang masuk dan keluar. Gudang di Rayon sangat penting
untuk mensupport PPJB dan pelayanan kepada pelanggan. Apabila adminsitrasi
tidak dilakukan dengan benar dikhawatirkan kepastian material tidak bisa
diinformasikan dan digunakan.
Perubahan
operasional gudang harus dilaksanakan. Tiap Jumat saya melakukan kegiatan
pembersihan gudang secara besar-besaran. Dari situ akan ketahuan stok barang.
Perbaikan pencatatan juga dilakukan. Kini gudang selalu siap menyajikan data
dan material 24 jam full.
Pengalaman
menjadi Manajer Rayon di Suterejo adalah cerita luar biasa bagi saya.
Cerita saya ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya
secara pribadi. Walaupun pada 2012 kami kalah pada PPJB jilid 2, tapi kami
merasa telah menang proses menuju kemenangan. Yang pasti kami selalu antusias
mencapai kemenangan dengan jujur dan benar. Tahun 2012 menjadi tahun
penyempurnaan pada semua sistem. Kami belum menang, tapi kami kini sudah ada di
rel yang benar. Mengutip Menteri BUMN, Dahlan Iskan, dalam CEO disebut jika
hanya orang-orang yang hidupnya penuh antusias yang bisa membawa perubahan.
Pulung Jatmiko - Manajer Rayon PLN Area Mojokerto (dalam Unit Note PLN)
No comments:
Post a Comment