2020, the special one. Bolehlah saya sebut begitu ...
Soal Corona Virus Desease yang mulai muncul tahun 2019 (Covid-19) di Wuhan, Tiongkok, saya ga akan bahas banyak, sudah amat sangat banyak sumber yang lebih akurat. Sedikit saja soal statistik penyebaran di Indonesia per 22 Mei 2020.
DAILY CHANGE IN INDONESIA
Each day shows new cases reported since the previous day
TOTALS IN WEST JAVA
TOTALS IN INDONESIA
Banyak ya. Pertambahan terakhir mencapai 634 orang, dan kematian bertambah 48 orang. Ok, kita semua sepakat, kita harus menmbantu pemerintah (yang tentu saja artinya membantu kita juga). Saya pribadi dan saya yakin jutaan orang juga merasakan, kejenuhan yang luar biasa sejak Covid-19 ini ditetapkan sebagai pandemic, status pandemic, artinya berbicara global issue. Sebelum ini, 2 kali pandemic ditetapkan WHO yaitu, Sars-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrom) tahun 2002 teridentifikasi pertama kali di China dan Mers-CoV (Middle East Respiratory Syndrom) pada tahun 2012 pertama kali teridentifikasi di Saudi Arabia dan yang terbaru si Covid-19 ini, pertama kali teridentifikasi di China/ Tiongkok juga.
Secara serentak, dampak covid ini, tentunya selain dampak kesehatan seperti statistik diatas, semakin menjalar ke aspek lain, ekonomi sudah barang tentu, bahkan aspek paling asasi manusia, menjalankan ibadah! ini, jujur dampak yang saya sangat tidak sangka dan paling bikin saya ga nyaman. Salah satu contoh, Sebagai Pria Muslim, sholat di masjid punya kedudukan tinggi, bahkan Rasulullah SAW tidak pernah absen sholat lima waktu di Masjid berjamaah dan pernah dipapah untuk ke sholat di Masjid ketika beliau sakit. Pada waktu yang lain, seorang buta meminta keringanan kepada Rasulullah SAW untuk tidak sholat berjamaah di masjid karena udzur penglihaannya, Rasulallah SAWA tetap meminta si buta memenuhi panggilan adzan selama masih mendengarnya. Beberapa hadits shohih dari Abu Hurairah RA, Ibnu Umar RA, Anas RA memperkuat kedudukan Sholat 5 waktu berjamaah di Masjid. Lalu, sekarang (tentu ada hadits lain yang menganjurkan untuk menahan diri dirumah saat wabah/thaun terjadi, salah satunya diriwatkan Imam Ahmad) kita bersabar untuk tidak ke masjid. Dan beberapa hal lain, yang biasanya kita lakukan tidak dapat kita lakukan saat pandemik ini. Kita bahkan saling mencurigai orang lain menjadi carrier virus, sangat menjaga jarak, dll. Disini, saya mulai merasa aspek psikologis mulai terpengaruh, bener ga? kita bangsa yang senang berkumpul bukan? kegiatan yang bisa sangat murah meriah bahkan sangat mahal dan terbukti menjadi hal yang menyenangkan selama ini, tapi mari kita tetap bersabar. Aspek ekonomi, menurut saya aspek yang paling harus dikhawatirkan menurut saya. Punten, kesehatan memang sangat penting, tapi masih ada pengendalian risiko kesehatan yang bisa dilakukan oleh masing - masing individu yang sifatnya pencegahan, namun aspek ekonomi sudah berimbas pada kemampuan setiap individu untuk bertahan hidup dengan pendapatan yang ada saat ini. Yang ada? ya! faktanya covid-19 memaksa perusahaan untuk berhenti beroperasi dan akhirnya mengurangi jumlah karyawan, ojek, tukang beca, tukang parkir, buruh lepas harian berkurang pelanggan yang butuh jasa mereka, yang artinya mengurangi pendapatan dan mengurangi kemampuan bertahan hidupnya kan? bagaimana yang bahkan kemampuan bertahan hidupnya lebih rendah daripada pekerjaan harian? tapi mari kita tetap bersabar dan membantu semampu kita.
Work from Home (WFH)
Saya menjalani WFH ini sdh hampir 2 bulan (bergantian, 2 bulan adalah total WFH saya, diantaranya ada Work at Office - WAO, bergantian), kesimpulan saya, WFH itu pada situasi job desc sebagai Environmental Engineer alias masih melakukan analisis, buka data , hitung hitungan, dan klarifikasi, WFH cukup menyiksa buat saya, mungkin klo saya seorang adminstrator atau pekerjaan saya besifat administratif, apalagi klo memang jika pekerjaan saya memang terbiasa remote, WFH will be fun i think. Singkat cerita, saya cukup menderita ketika saya bekerja dirumah dengan mindset kantor (beberapa interaksi, job done, fasilitas kerja memadai, fokus on duties, dll). WFH saya (dan tentu temen temen lain) dipenuhi dengan teriakan anak anak! hahaha... karena saya punya 3 jagoan sih, hee... maksud saya, saya tidak mungkin mengabaikan anak anak saya yang ingin bermain dengan bapaknya (yang biasanya hanya bisa sabtu minggu), namun saya juga menyadari, I'AM on DUTY! kebayangkan? belum lagi conference call yang mewarnai hampir setiap hari. 2 call dalam satu waktu beberapa kali terjadi, make a video call seperti pekerjaan sebenarnya, melebihi pekerjaan produktif yang produk kerjaanya memang ada. Saya masih beruntung masih memiliki staf yang bisa berbagi schedule conference, tapi bayangkan... sudah dishare begitu, saya masih merasa kebanyakan dan ingin saya hindari, haha ... sejatinya, bagi job desc dan keluarga berkrucil seperti saya, WFH tidak efektif dan cenderung annoying, walaupun saya bersyukur dengan adanya WFH, risiko terpapar covid-19 saya menurun dan banyak hal - hal menyenangkan lain saat WFH. Tapi mengambil esensi WFH, bagi saya tidak efektif, kecuali memang WFH adalah the new normal yang diterapkan perusahan saya, yaah... mungkin saya akan bikin rumah saya konsep SOHO (Small Office Home Office) dan menerapkan beberapa rule buat krucil - krucil, klo bisa.
eh, tapi saya bikin inisatif bikin work management ke staf saya yang kebetulan kepake banget pas WFH sebagai monitoring pekerjaan mereka. Memanfaatkan googlesheet, saya input kerjaan dan memantau pekerjaan staf staf saya, ketahuan deh mana yang efektif kerja mana ya ga. khusus ini yang tertarik, saya bisa share excel file nya. silahkan email saya di 45aepudin@gmail.com.
Zoom Meeting
Conference call ga bisa dihindari, tapi pake apa? the old normal, kita pake fasilitas conference dengan device/ hardware mahal dan hanya tersedia di ruang rapat, lebih tepatnya sebagai community space, butuh personal space sebagai saran kerja individu. Singkat kata, kami memilih aplikasi Zoom Meeting. Berbasis aplikasi yang tidak butuh hardware tambahan, cukup smartphone/ laptop/ komputer dengan webcam, dan sejenisnya dan tentunya koneksi inernet dengan bandwith lumayan, voilaaa ... case close buat tools komunikasi berbasis meeting dan face to face (baca : keliatan mukanya), plus bisa sharing data dan screen. Keunggulan ini, pada akhirnya menjadikan Zoom mengalahkan si establisment speerti Skype, Google Hangout/Duo, WhatsApp Call, dll. Aplikasi ini muncul pertama kali pada 2012, dan saya sangat yakin mereka sedang 'panen'. jikalau saya penganut Teori Konspirasi, tentulah saya akan berpikir bahwa 19 in i berkaitan dengan meraka, he... tapi aplikasi ini memang sangat cocok untuk personal space buat meeting, ditambah fitur invite via link, dengan jaringa whatsapp, Zoom menjadi kesenangan tersendiri, eitsss ... beneran loh, beberapa temen kantor, ketagihan pake Zoom. Saya sendiri berencana menggunakan Zoom ini sebagai the New Normal saya dalam memonitor kerjaan unit kerja dibawah saya. Yang tertarik coba Zoom, bisa ke Playstore atau AppStore atau ke webnya zoom.us. ga promosi, tapi ini aplikasi produktif menurut saya, walaupun sempat diragukan fitur keamanannya. (btw, gambar diatas salah satu tampilan saat Zoom Meeting digunakan).
Well, kira - kira itulah yang saya rasakan yang saya sebut sebagai Covid-19 Experiences. So, mana Covid -19 Experiencses anda, sahre link ya, nanti saya baca baca juga. Dan tentu mari berharap pandemik ini segera berakhir dan kita bisa beraktivitas normal. Dan terakhir, sebagai muslim, saya meyakini ... ini adalah ujian bagi kita semua. Selayaknya ujian, mari bersabar dan berusaha yang terbaik lulus dari ujian dengan baik.
Bandung, 23 Mei 2020
(AS)
No comments:
Post a Comment